Welcome to the Unordinary Writings.

These ain't just about writing...

Selasa, 10 Januari 2012

Botol Bekas

     This is my new label. Small outside, big inside. Mengapa aku mengambil nama label seperti itu? Karena aku baru menyadari bahwa begitu banyak hal yang sering terjadi atau dilakukan dan terlihat enteng dan sederhana di luar, namun membawa makna yang begitu dalam di hati. Seperti hal yang akan aku ceritakan berikut.



     Pagi tadi, pada hari yang sama aku menulis cerita ini, sepulang dari mengantar kue ke toko-toko (untuk dititipkan), papa menyuruhku dan mbakku membuang sampah di rumah yang sudah menumpuk ke tempat pembuangan sampah. Agak malas sih sebenarnya, soalnya pagi-pagi habis subuh kan masih agak dingin. Tapi akhirnya aku laksanakan juga. Hehehe... Dan karena letaknya agak jauh dari rumah jadi kami harus mengendarai motor.
     "Anjar, sana ikut Mbak Sri buang sampah, sekalian botol-botol bekas yang sudah sekarung itu. Ndak bisa kalau Mbak Sri sendiri," kata Papa.
    "Botol-botolnya ndak dijual aja, Pa, ke tukang rongsok. Kan lumayan nanti dapet duit walaupun cuma sedikit, bisa buat jajan-jajan,"celetukku.
     "Sudah, ndak usah," jawab Papa, "Nanti kalau di sana ada ibu-ibu pakai topi, orangnya kurus, bawa karung, langsung kasih ke dia aja," lanjutnya.
     "Yowes, yowes," jawabku singkat.

     Akhirnya aku dan mbakku berangkat. Kami membawa satu kresek besar sampah, dan satu karung botol-botol bekas. Beberapa menit kemudian kami sampai ke tempat pembuangan sampah yang dituju. Di sana terlihat ada seorang bapak-bapak berpakaian dinas kebersihan yang sedang mengelompokkan dan memasukkan sampah ke bak sampah besar, dan seorang ibu-ibu (mungkin sekitar 30-40anlah umurnya) dengan ciri-ciri seperti yang disebutkan papa, kurus, membawa karung, bertopi, dan pakaiannya agak lusuh sedang memilah-milah sampah.
     "Ibu itu ya, Mbak, yang dimaksud Papa?" tanyaku.
     "Iya, dikasih ke ibu itu," jawab mbakku.
Segera setelah kami berhenti, aku turun dari motor membawa karung botol-botol tersebut, lalu menuju ke ibu itu. Ibu itu melihatku, jadi aku langsung saja memberikan karung botol-botol yang kubawa kepadanya.
     "Ini, Bu," kataku sambil menyerahkan karung itu.
Ibu itu tampak agak kaget sejenak, kemudian langsung mengulaskan senyum lebar dan berkata,
     "Oh, iya, Dik, terima kasih banyak ya."
     "Sama-sama, Bu," jawabku. Dan pada saat inilah aku menyadari sesuatu.
Aku berbalik sebentar untuk mengambil sampah yang satu lagi, dan pada saat aku hendak mengambil kresek sampah yang besar itu untuk dimasukkan ke bak sampah, ibu itu langsung mengulurkan tangannya, mengambil lalu mengangkat kresek sampah itu sambil berkata,
     "Sini, Dik, biar saya aja, nanti adik kotor kena becek."
     "Oh, makasih banyak, Bu," kataku sambil tersenyum.
Sebenarnya aku tidak mau merepotkan ibu itu karena sampah yang kami bawa lumayan berat, tapi sudah keburu diambil olehnya, jadi aku hanya bisa mengucapkan terima kasih.

     Lalu saat akan berangkat kembali ke rumah dari tempat itu, ibu itu berkata lagi sambil tersenyum,
"Hati-hati, Dik."
"Ya, Bu, makasih," jawabku dengan membalas senyumnya.
Dan akhirnya kami sampai ke rumah.



     Dari pengalaman ini, hal yang begitu membuatku tersentuh adalah ketika ibu itu tersenyum lebar saat menerima sekarung botol bekas dariku itu. Mungkin jika kami menjual sekarung botol-botol bekas itu ke tukang rongsok, kami akan mendapatkan sejumlah uang (walaupun sedikit) dan bisa untuk dibelanjakan, snack mungkin. Tapi saat aku memberikannya kepada ibu itu, astaga, aku baru sadar, begitu bernilainya barang-barang yang menurut kita kecil bahkan tidak ada harganya itu, namun membawa begitu besar kebahagiaan bagi orang lain, seperti sedang menerima sebuah hadiah. Sampai-sampai ibu itu tidak cukup menunjukkan rasa terima kasihnya hanya dengan kata-kata, tapi juga membantuku membuangkan sampah supaya aku tidak kotor terkena genangan air yang becek di situ. Kesenangan yang akan aku dapatkan dengan bisa membeli snack, tidak ada apa-apanya dibandingkan kelegaan yang kudapatkan saat melihat ibu itu tersenyum bahagia dari hal kecil yang kulakukan padanya.

     Aku disadarkan, dan merasa mampu tersenyum lebar hanya karena hal kecil tersebut. Aku langsung teringat sebuah kutipan dari buku yang aku baca sebagai berikut :

 Untuk melakukan hal-hal yang besar, kita bisa memulainya dengan melaksanakan hal-hal kecil di sekitar kita.

Atau seperti kata-kata Maren Mouritse berikut :

Kebanyakan dari kita tidak akan pernah melakukan hal-hal besar. Namun kita bisa melakukan hal-hal kecil dengan cara yang besar.

That's absolutely right. Kamu tidak akan pernah tau, bahwa kebaikan kecilmu terhadap orang lain, akan mendatangkan kebahagiaan besar dalam hidupnya, sampai kamu mengalaminya sendiri. Small outside, big inside. :)




By : Ellean "J"