Terjaga dari buaian lelap tak berdasar
Dapat kurasakan jendela kayu di kamarku masih menggigil
Sembap seperti ratapan
Namun tak mendendam
Meski kecolongan oleh embun yang cerdik
Kupeluk kakiku di sudut tempat tidur
menerawang jauh
menyatukan kembali jiwa yang telah tercerai
membersihkan lagi hati yang terkoyak
tercemari
Memulihkan akal yang terampas
yang terhempas
Sejuta memori telah singgah
Menunggu waktu untuk hidup atau mati
Seketika aku terhenyak
Saat angin berhasil menyelinap
hingga ke ubun ubun
Semestinya diri ini bersiap
Seharusnya batin ini bersorak
Sewajarnya raga ini beranjak
Di atas partitur klasik
Aku menjemput alunan nurani
yang mengalir setenang sungai yang jernih
Dengan hembusan angin sebagai iramanya
Nafas yang tak lagi meragu
Denyut yang tak perlu menderu
seolah terbawa terbang ceruit burung entah kemana
Kulirik celah jendela kamarku
Segaris jingga mulai menyeruak
Ahh...
Fajar itu telah datang
by : Ellean "J"
Tidak ada komentar:
Posting Komentar