Welcome to the Unordinary Writings.

These ain't just about writing...

Kamis, 02 Januari 2014

THINK BIG



     Pernah bermain sosial media? Tentu pernah. Pernah menemukan kritikan-kritikan/sindiran-sindiran/kata-kata yang pedas dan nylekit di sosial media? Tentu sering. Tapi, pernahkah mencoba mencermati penalaran dari kritikan-kritikan tersebut? Belum tentu. Karena terkadang, tanpa kita sadari, begitu kita menemukan suatu hal yang sepihak dengan kita, apalagi mengenai hal yang kita tidak suka, tanpa pikir panjang, reaksi kita seringkali meng-iya-kan kritikan-kritikan terhadap hal tersebut, meski terkesan memaksa dan kurang pas sekalipun. :D

     Dengan tidak bermaksud mendukung atau menolak pihak mana pun, let's check it out, apa saja yang sering kita temukan.

1. "Sekarang orang-orang lebih memilih upload foto makanan di sosial media daripada berdoa sebelum makan."
     Sering membaca update-update semacam ini? Sering. Haha... Tapi apakah penalarannya tidak terlalu memaksa? Aku memang sering melihat banyak user update foto makanan sebelum mereka menyantapnya. Tapi aku sama sekali tidak menemukan jaminan, apakah orang itu pasti tidak berdoa. Begitu juga, mungkin yang tidak update foto makanan pun banyak, tapi apakah ada jaminan bahwa dengan tidak upload foto makanan, mereka pasti berdoa?

2. "Kok pada berdoa di sosial media, sih? Memangnya Tuhan punya akun?"
      Kritikan ini tertinggi kedua yang sering aku temukan. Yang aku herankan, mengapa mereka membatasi pemikiran/perasaan mereka hanya pada 'Tuhan kan nggak punya akun', daripada melapangkannya dengan berpikir, doa ini akan turut dibaca oleh teman-teman di sosial media, dan secara tidak langsung, akan turut terpanjatkan. Dan bukankah sebelum menulis di sosial media, tentunya si penulis telah membatin/memikirkannya terlebih dahulu? Benarkah Tuhan tidak tahu?
     Dan menurutku sih, secara tidak langsung, kritikan di atas, hanya membuktikan bahwa kita tidak percaya Tuhan itu Maha Mengetahui.
     Tapi kita kan nggak tau apa dia ikhlas berdoa atau hanya ingin dipuji. Ada yang berpikir begitu? Ada. Tapi mengapa kita memusingkannya, sih? Jika isi doanya baik, mengapa tidak turut dipanjatkan? Mengenai ikhlas tidaknya, biarlah itu dinilai dalam lingkup kuasaNYA saja.

3."Masih lebih mahal paha ayam di K** daripada paha cewek-cewek zaman sekarang!"
     Well, dengan tidak bermaksud membela atau menyalahkan pihak manapun, aku rasa kalimat ini terlalu kelewatan dan absurd untuk menyindir/mengkritik. Logikanya, jika ingin dibandingkan dengan melihat paha cewek yang menggunakan rok/celana pendek, paha ayam di K** kalau hanya dilihat pun, siapa pun juga tidak perlu membayar kan? Tidakkah analoginya sama dengan melihat wajah seseorang, melihat pemandangan, dan lain-lain?
     Dimana letak lebih mahalnya? Kalaupun dibeli, hanya seharga sekian puluh ribu. Tapi coba saja bilang, "mau beli paha cewek, atau mau colek paha cewek, bayar berapa pun deh", kalau tidak si pembicara akan ditampar. Bayarannya lebih mahal teman, yakni harga diri dan rasa malu karena tamparan atau cacian si cewek.

4. "Salah sendiri pakai baju seksi!"
     Suatu ketika terjadi pemerkosaan terhadap seorang wanita, ada yang beramai-ramai berkomentar (bahkan terkadang si pemerkosa sendiri) 'pantes aja diperkosa, salah sendiri pakai pakaian mengundang'. Tapi bagaimana dengan pemerkosaan anak di bawah umur? Bagaimana dengan pemerkosaan binatang? Pemerkosaan di negara-negara di Timur Tengah yang seluruh wanitanya memakai pakaian yang tertutup? :) Lalu komentar itu didasarkan pada apa sebenarnya? Kebencian/antipati, iri hati, merasa bijaksana, lari dari tanggung jawab, atau apa?
     Dalam mengambil keputusan, seseorang pasti akan dihadapkan oleh pilihan-pilihan. Tinggal pertaruhannya adalah, apakah mental kita yang akan mengambil keputusan atau keputusan kita dikendalikan oleh orang/hal lain. Ketika melihat seorang wanita seksi, lalu timbul nafsu, pilihannya adalah apakah akan mengendalikan nafsu atau menuruti nafsu dengan memperkosanya. Ketika seseorang memilih memperkosa, itu adalah pilihannya sendiri karena menuruti nafsunya kan? Karena tidak mampu mengendalikan nafsunya sendiri, maka nafsunya dikendalikan oleh orang/hal lain. Tapi tetap saja orang itu yang memutuskan. Jadi kenapa harus menyalahkan orang lain?
     Analoginya adalah kita sedang berpuasa. Lalu kita melihat makanan lezat di meja makan. Timbul nafsu untuk makan. Maka kita akan dihadapkan oleh pilihan apakah kita akan memakannya atau mempertahankan puasa kita bukan? Apabila kita memilih untuk makan saja, lalu ketahuan batal puasanya, apakah kita akan menyalahkan makanannya? Menyalahkan orang yang meletakkannya? Padahal itu adalah pilihan kita sendiri untuk memakannya karena tidak mampu mengendalikan nafsu. Terbiasa lari dari tanggung jawab huh? Tapi apabila kita memilih tetap berpuasa, maka kita menang atas nafsu kita. Bukankah demikian? Bukankah hidup ini kita belajar mengendalikan segala bentuk nafsu? Di pengadilan terakhir nanti, apakah dosa kita akan dipikul oleh orang lain? Tidak. Kita mempertanggungjawabkan sendiri perbuatan-perbuatan kita.
     Tidak ada sedikitpun maksud untuk mendukung para wanitya supaya berpakaian seksi. Yang ingin aku tekankan di sini adalah tentang tanggung jawabnya. Melakukan kesalahan, ya akuilah, blame no one for all of your own choice. Nanti akan ada entry tersendiri untuk lingkup ini. ;)

5."Berterimakasih sama ibu kok cuma di hari ibu" atau " Sayang kok cuma di hari valentine".
     Dua hari di atas adalah hari paling kontroversi. Paling debatable. Sebenarnya jika ingin memperingati, ya peringatilah, jika tidak, ya tidak usah. Clear?
     Hanya saja, kadang kedua kubu itu ramai-ramai saling menjatuhkan. Well, memperingati itu bukan berarti berhenti sampai di situ saja. Yang perlu kita pahami adalah, itu hanyalah hari peringatan.
     Jika ada hari peringatan aids sedunia, lalu apakah kita tidak boleh narkoba-an atau seks bebas hanya di hari itu saja? Jika ada peringatan go green, lalu apakah kita hanya akan menanam pohon pada hari itu saja? Jika ada peringatan kemerdekaan, lalu apakah artinya kita merdeka hanya di hari itu saja?
     Bagaimana dengan peringatan hari ulang tahun? Tidakkah di tahun-tahun yang lalu juga kita mengalami tanggal dan bulan yang sama. Kenapa merayakan? Komparasinya se-simpel itu kok. Sebanding kan? Lalu pertanyaan lebih lanjut yang perlu direnungkan adalah, mengapa yang dibahas atau diperdebatkan hanya hari yang itu-itu saja?

6. "Hidup tidak semudah kata-kata Mario Teguh."
     Well, tidak ada yang salah dengan sebuah saran yang baik. Selalu saja, kecenderungan kita adalah lebih memfokuskan pikiran pada "halah, paling sendirinya juga belum mesti bisa nglakuin (padahal kita tidak pernah mengetahui jalan hidup orang tersebut)", atau "ngomong sih gampang, coba jadi aku (merasa diri adalah orang yang paling punya masalah berat dari orang lain)", atau yang lain-lain yang senada demikian, daripada memahami dan mempertimbangkan saran, mengakui kekeliruan, dan mencoba memperbaiki diri atau mengubah cara hidup kita yang selama ini mungkin kurang tepat sebagai sebab dari problem-problem yang bermunculan di hidup kita.


     Dengan semua hal yang aku tulis di sini, apa sih sebenarnya maksud aku? Aku hanya ingin mengajak kita semua untuk belajar THINK BIG (bukan iklan :p), supaya ketika berkomentar akan suatu hal, kita tidak asal nyeplos karena antipati, emosi, provokasi, atau bahkan manut nggrubyuk kalau dalam bahasa jawa. Merasa ingin dianggap benar dan bijaksana lalu angin ke sana ikut ke sana, angin ke sini ikut ke sini, padahal mayoritas belum pasti berarti kebenaran. Plin plan karena ketidaktahuan.

     Bagi aku sendiri, think big itu adalah pembebasan pikiran. Karena itulah aku selalu tertarik mempelajarinya (meski belum selalu berhasil juga :">). Caranya? Cobalah menjadi netral, maka kita akan mampu melihat segala hal dari berbagai sudut pandang untuk menjadi bahan pertimbangan. Jangan hanya terbatas pada sudut yang kita sukai saja, atau sudut yang kita benci saja. Menjadi netral itu ibarat cangkir kosong yang siap diisi. Tapi bagaimana kita bisa menuangkan teh ke dalam cangkir jika cangkir itu penuh? :)





By : Ellean 'J'



Tidak ada komentar:

Posting Komentar